English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Analisa persaingan dalam industri retail

       Pada postingan sebelumnya saya telah memberikan tulisan mengenai analisa situasi pasar pada industri  retail.  Postingan saya kali ini masih akan membahas mengenai bisnis dalam industri retail, hanya saja kali ini yang akan saya bahas lebih kepada masalah persaingan dalam industri ini.

       Meskipun perekonomian nasional kini dihadapkan kepada dampak krisis ekonomi global, namun bisnis retail di Indonesia tidak terkendala bahkan masih menunjukkan pertumbuhan yang signifikan.  Hal itu dikarenakan potensi pasar di Indonesia masih cukup besar dan menguatnya usaha kelas menengah dan kecil, telah menambah banyaknya kelompok masyarakat berpenghasilan menengah-atas yang memiliki gaya hidup belanja di retail,terutama retail modern. Namun, pesatnya perkembangan pasar modern belakangan ini seringkali menuai protes dengan pihak yang merasa dirugikan seperti pasar tradisional atau bahkan dengan sesama retail modern.         Dari beberapa sumber yang saya dapatkan, secara garis besar terdapat dua permasalahan yang hadir dalam industri retail di Indonesia, yaitu :
--> permasalahan retail modern versus retail tradisional, dan
--> permasalahan pemasok versus peretail modern.

       Akar permasalahan tersebut terletak pada hadirnya kekuatan pasar dari retail modern. Permasalahan dalam persaingan retail tradisional versus retail modern merupakan permasalahan yang lebih terkait dengan ketidaksebandingan yang menimbulkan masalah persaingan usaha tidak sehat.
       Sedangkan permasalahan pemasok versus peretail modern terkait dengan besaran trading term yang semakin meningkat sehingga menjadikan margin yang dinikmati pemasok semakin tipis. Pada saat yang sama, konsumen sesungguhnya belum tentu menikmati efisiensi pemasok karena sebagian ditransfer menjadi keuntungan bagi peretail.

Beberapa hal yang sebaiknya diperhatikan pemerintah untuk mengurangi masalah yang sering timbul dalam industri retail ini, diantaranya:

  • Melakukan pembatasan terhadap retail modern agar market power retail modern tidak terlampau besar.
  • Melakukan perlindungan terhadap usaha kecil dengan mengeluarkan kebijakan yang memfasilitasi terciptanya equal playing field (harmoni) antara usaha kecil, menengah dan besar.
  • Melakukan pengaturan agar interaksi dalam bisnis ritel juga terhindar dari upaya eksploitasi satu pihak terhadap pihak lain.
  • Tetap mensosialisasikan aturan dan sistem kemitraan sehingga para pemasok dari pedagang lokal tetap terlindungi.

Analisa situasi pasar pada industri retail

Retail berarti memotong atau memecah sesuatu. Usaha retaill atau eceran (retailing) dapat di pahami sebagai semua kegiatan yang terlibat dalam penjualan barang atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan penggunaan bisnis.
Berbicara tentang retail, berarti berbicara tentang industri yang dinamis dimana terdapat hubungan dinamika antara manusia dengan barang yang diolah melalui ketatnya rentetan proses produksi dan panjangnya jalur distribusi.
Adapun fungsi dari retail yang sangat penting adalah dapat meningkatkan nilai produk dan jasa yang dijual kepada konsumen sehingga memudahkan distribusi produk-produk tersebut bagi perusahaan yang memproduksinya.
Industri retail berubah dengan sangat cepat, berikut beberapa perubahan yang paling sering di bahas saat ini adalah:

-->Banyaknya industri retail baru
Sejalan dengan munculnya industri retail  baru, saat ini konsumen dapat membeli barang yang sama dari sejumlah retail yang berbeda.  Dalam hal ini, tentu saja konsumen mendapat kemudahan.
--> Meningkatnya konsentrasi industri.
 Saat ini jumlah industri retail yang semakin meningkat, seharusnya jumlah pesaing dalam industri ini akan cenderung naik. Tetapi pada kenyataannya saat ini yang terjadi adalah jumlah pesaing dalam industri ini justru semakin menurun. Hal ini terjadi akibat banyaknya usaha retail yang harus keluar dari industri ini, sebagai dampak dari adanya persaingan.  Dapat dikatakan juga, mereka harus keluar dari industri ini mengalami kekalahan dalam bersaing dengan usaha retail yang lain.   Terdapat empat unsur yang dapat digunakan retail untuk memuaskan kebutuhan pelanggan yang berguna untuk menggolongkan retail tersebut, yaitu:

a.            Jenis barang yang dijual
b.            Perbedaan dan keanekaragaman barang yang dijual
c.             Tingkat layanan konsumen
d.            Harga barang
Berdasarkan unsur-unsur diatas, retail dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a)  Supermarket tradisional.  Supermarket tradisional melayani penjualan makanan, daging, serta produk–produk non makanan, serta produk kesehatan, kecantikan, dan produk–produk umum laiannya.Sedangkan supermarket konvensional yang lebih luas juga menyediakan layanan antar,menjual roti dan kue-kue, bahkan makanan mentah, serta produk non makanan yang disebut sebagai superstore.
b) Big-box retailer.   Pada format big-box retailer,terdapat beberapa jenis supermarket, yaitu supercenter, hypermarket, dan warehouse club.
Supercenter: supermarket yang mampu menampung persediaan berkisar antara 12.000-  20.000 item. Supermarket jenis ini termasuk supermarket yang tumbuh dengan cepat.
Hypermarket: Toko eceran yang mengkombinasikan pasar swalayan dan pemberi diskon lini penuh. Yang mampu memiliki persediaan lebih dari 25.000 item.
Warehouse: ritail yang menjual produk makanan yang jenisnya terbatas dan produk-produk umum dengan layanan yang minim pada tingkat harga yang rendah terhadap konsumen akhir dan bisnis kecil. Bentuk interior yang lebih sederhana.

//sebagian artikel diambil dr google.com//

Jenis bisnis TIK dalam bidang E-commerce

Jenis bisnis dalam bidang TIK mempunyai cakupan yang luas, misalnya E-commerce.  E-commerce adalah suatu kegiatan jual beli yang dilakukan dalam dunia online.  Jenis E-commerce dapat dibagi  menjadi dua jenis, yaitu  Business to Business  (B2B) dan  Business to Consumer  (B2C).  Kedua jenis E-Commerce ini memiliki karakteristik yang berbeda. 
            Business to Business E-Commerce  memiliki karakteristik:
●  Trading partners  yang sudah  diketahui  dan umumnya memiliki hubungan (relationship) yang cukup lama. Informasi hanya dipertukarkan dengan partner tersebut. Dikarenakan sudah mengenal lawan komunikasi, maka jenis informasi yang dikirimkan dapat disusun sesuai dengan kebutuhan dan kepercayaan (trust).
●  Pertukaran data (data exchange)  berlangsung berulang-ulang dan secara  berkala, misalnya setiap hari, dengan format data yang sudah disepakati bersama. Dengan kata lain, servis yang  digunakan sudah tertentu. Hal ini memudahkan pertukaran data untuk dua entiti yang menggunakan standar yang sama.
●  Salah satu pelaku dapat melakukan inisiatif untuk mengirimkan data, tidak harus menunggu parternya.
●  Model yang umum digunakan adalah  peer-to peer, dimana  processing intelligence dapat didistribusikan di kedua pelaku bisnis.

Business to Consumer E-Commerce  memiliki karakteristik  sebagai berikut:    
● Terbuka untuk umum, dimana informasi disebarkan ke umum.
●  Servis yang diberikan  bersifat umum (generic) dengan  mekanisme yang dapat digunakan  oleh khalayak ramai. Sebagai  contoh, karena sistem Web sudah umum digunakan maka servis diberikan dengan menggunakan basis Web.
●  Servis diberikan berdasarkan permohonan (on demand). Konsumen melakukan inisiatif dan produsen harus siap memberikan respon sesuai dengan permohonan.
●  Pendekatan client/server sering digunakan dimana diambil asumsi client (consumer) menggunakan sistem yang minimal (berbasis Web) dan  processing  (business procedure) diletakkan di sisi server.

Perkembangan Bisnis Informatika di Indonesia

       Saat ini, bisnis dibidang Informatika dapat dibilang berkembang cukup pesat.  Hanya
saja, jika dibandingkan dengan negara-negara lain, perkembangan bisnis informatika diindonesia dapat dikatakan masih berada dilevel bawah.
               
Kenapa bisnis IT di Indonesia tidak begitu maju jika dibandingkan dengan Negara-negara lain?
- Kendala ekonomi secara umum, yaitu keadaan ekonomi di Indonesia yang kurang stabil.  Sehingga berpengaruh terhadap kegiatan bisnis di Indonesia termasuk bisnis didalam bidang informatika.  Selain itu,  dengan kendala ekonomi ini, juga mempengaruhi kurangnya perkembangan teknologi yang terbaru.
- Kurang SDM, maksudnya adalah keadaan sumber daya manusia di Indonesia masih banyak yang kurang kompeten dalam bidang informatika.
- Kemampuan berbisnis rendah, yaitu masih sangat sedikit SDM yang mempunyai skill yang baik dalam berbisnis.
- Interest (investor) ke bisnis IT kecil, yaitu kurangnya orang yang berminat nuntuk berinvestasi dalam bisnis Informatika.
- Infrastruktur, masih kurangnya  saluran komunikasi formal dan informal serta alat-alat pengembangan perangkat lunak, sehingga kegiatan bisnis pun tidak dapat berjalan secara optimal.
- Moral, masih kurangnya moral sebagian pelaku bisnis, contohnya pembajakan.